Sudah dari bulan maret, saya belum update blog ini. Maafkan ya karena kesibukan dan blogger entah kenapa kalau menggunakan app di smartphone itu kurang user friendly, jadinya lebih mudah menggunakan instagram buat update story.
Tapi menurutku di blogger ini kesempatan untuk bercerita lebih detil dan panjang.
Liburan summer, akhir Juli 2019 ini memang sudah kurencanakan dari 2-3 bulan yang lalu, sekalian mengajak mama jalan-jalan. Bangkok, kota yang belum pernah kukunjungi karena selama ini kupikir mirip aja sama Jakarta (macetnya) tapi tentu di sana ada yang beda ya. Di benakku, makanannya murah-murah dan mungkin ada spot-spot cantik buat berfoto, selain itu karena tiket pesawat domestik yang lagi mahal saat ini adalah salah satu pertimbangannya.
Maka tiket pesawat dan hotel pun kami pesan, tiketnya pesawat pesan di tiket.com dengan low budget flight yaitu thai lion dan hotelnya pesan di booking.com
Totalnya sekitar 10.6 juta rupiah untuk 2 kamar, 3 malam, pesawat direct flight pp.
Bandara kedatangannya adalah Don Mueang, Bandara yang memang disediakan untuk pesawat-pesawat low budget.
Hotel tempat kami menginap adalah Salil Hotel Sukhumvit 11 dengan harga yang lumayan ekonomis tapi kamarnya cukup lega, pelayanannya ramah, bersih, makanannya enak dan cukup dekat dengan stasiun BTS. Hotel ini interiornya lucu seperti kamar princess dalam buku dongeng.
*(nanti fotonya kuposting ya) sambil ngetik ini aku tidak berhenti ngemil buah kering ala thailand :D
Soal moda transportasi di Bangkok, menurutku yang efektif adalah BTS kalau mau keliling di daerah2 shopping. Grab adalah pilihan selanjutnya kalau terpaksa. Saya tidak menganjurkan tuktuk dan taxi biasa di sana. Nanti kuinfo sebabnya di tulisan ke dua.
Ohya jangan lupa siapkan uang cash dan recehannya kalau ada.
Sampai di Don Mueang International Airport. Airport ini terlihat cukup sederhana di bagian kedatangannya, mirip sama terminal 1 & 2 Soekarno Hatta hihi.. lalu kami mengambil simcard di counter paket internet yang dijual di klook yaotu DTAC Happy Tourist SIM 7 Hari seharga 135ribu/pax, satu di HP suami dan satu di modem buat jaga-jaga aja. Dari sana langsung ambil grab taxi. Nah kalau bayar pakai credit card, kodenya akan muncul di nomor Indonesia, jadi misal mau pakai grab menggunakan credit card, lebih baik bawa 1 hp cadangan ya. untungnya entah kenapa mamaku bawa 2 HP :D (mungkin mamaku firasatnya kuat)
Sampai di hotel jam 11an siang, kami belum bisa check in jadi cuma nitip tas aja. Lalu kami mencari makan siang. Makanan pertama yang kami makan adalah Pad thai, sejenis kwe tiau lebar yang terbuat dari tepung beras diberi kuah babi kecap, harganya 60 Bath atau sekitar 28ribu rupiah, juga nasi Babi. Jangan kaget, babi adalah makanan yang umum di thailand. Buat teman-teman muslim, masih banyak kog yang bisa dinikmati, contohnya tom yum, salad, nasi ayamnya juga enak dan masih banyak menu seafood. Tapi khusus seafood, kulihat di jalan-jalan cukup jarang kalau siang hari, baru adanya malam hari dan harganya berubah total menjadi 200 - 300 bath (khususnya di sekitaran Sukhumvit ya). Ini makanan di pinggir jalan ya, memang kami mau ke sana itu hunting-hunting local food semacam ini dan tentunya yang murmer. Nyummm...
Makanan Thailand itu menurutku bumbunya enak, dan mereka suka banget pakai daun ketumbar. Kebanyakan menulis NO MSG di menu mereka, ya karena kalau kuincipin bener-bener bawang merah/putihnya itu terasa sekali.
Ayo dong Indonesia, andalkan lagi rempah-rempah dan bumbu kita, rasa umami ala MSG itu kurang baik buat kesehatan kalau terlalu banyak.
Pas setelah makan siang, kami menuju Wat Pho dan Wat Arun, sambil nunggu grab di jalan berfoto-foto sedikit.
Masyarakat di Thailand terlihat sangat menghormati Raja mereka, di Jalan-jalan banyak foto-foto Raja dan kadang bersama permaisuri di beberapa tempat, contohnya seperti ini. Terlihat menawan, tradisional dan megah ya. Tentu saja ini juga salah satu yang menarik turis manca negara. Belajar dari sini, kita juga perlu menghormati pemimpin negara kita, toh semuanya pasti diatur berdasarkan kedaulatan Tuhan. Indonesia pasti jadi negara yang tertib, aman, damai dan indah. Yuk sama-sama..
Sampai di daerah wat Pho, taxi grab tidak bisa langsung stop di bagian depannya, karena jalan menuju ke sana ditutup. Jadi kami berjalan sebentar, suasana di sekitarnya hampir mirip daerah kota wisata Jakarta.
Wat Pho adalah salah satu temple Budha yang terkenal dengan "Budha tidur", ketika kami sampai sana waktu menunjukan masih jam 13.30, seorang laki-laki menghampiri dan sok akrab.
Nah di sinilah kami belajar, bahwa di Thailand juga ada scam pariwisata.
laki-laki itu berusaha menunjukkan sebuah peta yang diprint biasa, dia bilang wat Pho baru akan buka pukul 15.00, kami di sarankan pergi ke wat Arun dulu untuk berkeliling tour melintasi sungai. lalu ia mengarahkan kami ke tuktuk dengan biaya hanya 20 Bath (tidak sampai 10ribu rupiah). Ia melanjutkan, kalau turis bule akan membayar 2000 Bath, sedangkan turis Asia terutama Indonesia, Filipina dan sejenisnya dia anggap saudara sendiri, cukup membayar 900 Bath. Dari awal kami tidak tertarik, tapi untuk tuktuk okelah ya.. daripada kena panas matahari yang terik di Bangkok.
Benar saja, kami diturunkan di dermaga kecil, bukan dermaga formal. di sana sudah ada yang menawarkan hal yang sama. Buat turis Indonesia, tidak perlu terjebak ini.. langsung aja tolak, langsung jalan kaki ke dermaga di sebrang Wat Arun tidak jauh dari sana. Seharusnya dari info yang kami searching penyebrangan ke Wat Arun itu gratis, tapi beberapa petugas di sana yang kami tanyain menjawab biayanya 15 Bath per orang. sekitar 5 menit menunggu ada kapal, petugas itu memberi petunjuk.. "itu kapalnya", ada dua petugas di kapal itu seorang laki laki berdiri di dek kapal sebelah belakang dan petugas perempuan di dek depannya (sedikit turun tangga), kami tanpa sengaja turun karena banyak turis yang berdiri di bagian itu. Petugas perempuan itu segera meminta uang, kuberi 15 bath per orang. tapi sedetik kemudian, petugas laki2.. ayo-ayo naik ke belakang, sudah mau sampai. cepat sekali pikirku, ah ternyata dia bilang tidak perlu membayar. ~''~! terus kuminta uang yang kuberi ke petugas perempuan itu, dia tidak mau mengembalikan dan mengomel dalam bahasa Thailand. Pengalaman ini agak menyebalkan, yah 60 Bath bukan lah mahal tapi di sana memang tidak ada panduan atau petunjuk khusus. Baru setelah tiba di Wat Arun, kami melihat paket-paket pass untuk tour sungai seharian. Ohya, ternyata untuk ke Wat Arun tidak harus melintasi sungai, pakai grab aja juga bisa kog.. T T yah itung-itung kami tadi punya pengalaman melintasi sungai di Bangkok.
Ah semua itu terbayar ketika sampai di Wat Arun, sebuah kuil yang cantik, mengandung arsitektur seni budaya yang tinggi. Ini beberapa fotonya
(Di dermaga ini untuk menyeberang)
Tampak Wat Arun dari sebrang sungai
Memasuki Wat Arun, kita perlu membayar tiket sebenar 50 bath atau sekitar 24ribu rupiah. Bunga ini yang pertama kufoto, karena cantik.. ternyata sejenis curcuma, belum kujumpai di Indonesia.
|
Wat Arun, Bangkok, Thailand |
Di samping kiri Wat Arun, ada sebuah kuil lagi dan free untuk semua orang. Di sana ada kuil yang diberi ornamen emas di mana-mana. cantik dan megah.
Ini adalah bagian dalam kuil di samping Wat Arun. Cuaca hari itu panas dan terik luar biasa, mengharuskan kami tidak henti-hentinya memotret. Akibatnya keringat mengucur dan kehausan. Syukurlah di bagian paling kanan, ada sebuah kedai minuman yang menjual kelapa dan frape. Harganya pun yah mirip-mirip dengan Jakarta. Tapi rasa.. segaarr.. kelapa di sini sepertinya lebih manis dan menyegarkan, dagingnya pun lembut. Tentu saja frapenya harus manggo, kan lagi di Thailand. hehe
Di samping kuil itu juga ada penjual kartu yang hasil karyanya unik, Penjual itu terlihat tua tapi bahagia. Sayangnya setelah kami minum, dianya sudah tutup pemirsah. ya udah deh dapat fotonya aja.
kelapa enak.. segar..
Dari Wat Arun kami pun mau melanjutkan perjalanan ke Asiatique, yang terkenal dengan Farris Wheelnya. Ituloh komedi putar di pasar malam, tapi harusnya besar ya.
Kami agak trauma menyebrangi sungai, jadi pakai grab aja. oh no perut keroncongan, dalam perjalanan ke jalan besar, kami menemukan bakpao ini.. nemu.. yah beli lah (murmer hanya 20 bath). hihi terus nemu lagi babi goreng + nasi. sebuah menu yang sangat murah hanya 25 bath.
Bakpao Babi unik
Nasi babi goreng
Makanan di Thailand tergolong murah untuk turis, tapi transportasinya menurutku masih agak sulit. Kalau pakai grab macet dan harganya tol cukup mahal sekali kena bisa 50-70 Bath, pakai tuktuk harus bisa bahasa lokal baru nggak ketipu, pakai taxi biasa apalagi (nanti kuceritakan taxi nyebelin itu)
Tiba di Asiatique terkesan seperti sampai di FO-FO yang ada di Bandung, kesan hujan dan hari mulai malam, udaranya jadi agak dingin. Di sana da banyak tenan makanan tapi lumayan mahal ya.. seharga 100-300 Bath, untuk manggo sticky rice seharga 130 Bath (sabar aja dulu sampai chatuchak baru dapet manggo sticky rice murah, atau ketan di jalanan yang jual pagi-pagi di daerah sukhumvit road), kalau manggonya kurasa mirip mangga golek tapi lebih juicy.
Pasar Aqiatique menjual berbagai oleh-oleh fashion dan souvenir, entah kenapa banyak sabun handmade, rata-rata harganya 10-20 bath di atas Chatuchak, buat yang gak mau panas-panas ria Asiatique bisa menjadi pilihan buat shopping.
Ini foto Ferris wheelnya, cuma karena hujan kami tidak bisa naik, alias ditutup. Ya udah foto-foto aja.. kan nggak ada batang, akar pun jadi. hihi..
Jam sudah menunjukkan pukul 08.30 malam, kami sudah seharian di luar dan mengantuk, saatnya kembali ke hotel buat istirahat. karena sekarang saya sudah mengantuk, besok kulanjutkan lagi blognya di bagian ke 2. Ini foto-foto bagian dalam hotelnya, kamar lain un beda temanya. dan cukup luas kan :)
Kalau malam-malam masih lapar, gampang, seven eleven cukup bertebaran di bangkok. di sekitar hotel ini aja ada sekitar 4-5 seven eleven. makanannya pun masih terbilang murah 30-60 Bath, udah dapat nasi, telur dan daging. Burger juga ada. Kecuali McD.. di Bangkok malah mahal ngalahin harga di Indonesia.
Ohya kalau di thailand jangan kaget dan marah ke pihak hotel ya kalau ada ribut-ribut suara dari luar. Di kota besar seperti bangkok, apalagi di jalan besar sukhumvit (kalau di jakarta tuh Jl. Sudirman), memang kehidupan malamnya sangat ramai. Kami memang kurang tertarik dengan hiburan malam, tapi suara ribut dan kemcetan dari luar terdengar sampai pagi. Untungnya badan ini sudah lelah, jadi ya tetep aja bisa tidur. Beberapa turis juga baru pulang dini hari, terdengar suara pintu dak duk. hehe yah maklumin saja.. menurutku, pihak hotel sudah sangat sopan dan sudah memberikan pelayanan yang terbaik.